Upgrading Guru dan Orangtua SD HAS Darul Ilmi dengan tema "Diagnosa dan Penanganan Masalah Kesulitan Belajar pada Anak Usia Sekolah Dasar "
Narasumber : Iis T. Pandi, S.Psi. dan Hilman Ramadhan F,S.Pd.I.
Setiap siswa pada prinsipnya berhak
memperoleh peluang untuk mencapai kinerja akademik yang memuaskan. Akan tetapi
dari kenyataan sehari-hari tampak jelas bahwa siswa itu sendiri memiliki
perbedaan dalam hal kemampuan intelektual, kemampuan fisik, latar belakang
keluarga, kebiasaan dan pendekatan belajar yang terkadang sangat mencolok
antara seorang siswa dengan siswa lainnya.
Penyelenggaraan
pendidikan di sekolah-sekolah pada umumnya hanya ditujukan kepada para siswa yang
berkemampuan rata-rata, sehingga siswa yang berkemampuan lebih atau yang
berkemampuan kurang terabaikan. Dengan demikian, siswa-siswa yang berkategori
“di luar rata-rata” itu (sangat pintar dan sangat bodoh) tidak mendapat
kesempatan yang memadai untuk berkembang sesuai dengan kapasitasnya.
Seorang siswa dapat dipandang atau
diduga mengalami kesulitan belajar manakala siswa mengalami hambatan tertentu
dalam mencapai tujuan belajarnya. Fenomena kesulitan belajar seorang siswa
biasanya tampak jelas dari (1) menurunnya kinerja akademik atau prestasi
belajarnya, (2) juga dapat dibuktikan dengan munculnya kelainan perilaku
(misbehavior) siswa seperti kesukaan berteriak-teriak di dalam kelas, mengusik
teman, berkelahi, sering tidak masuk sekolah, dan sering minggat dari sekolah.
Secara garis besar, faktor-faktor
penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri atas dua macam. Yaitu, (a) Faktor
Intern dan (b) Faktor Ekstern.
A.
Faktor Intern
Faktor intern siswa meliputi
gangguan atau kekurangmampuan psikofisik siswa, yakni:
a).
yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas
intelektual/intelegensi siswa.
b).
yang bersifat afektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan
sikap.
c.
yang bersifat psikomotor (ranah karsa), antara lain seperti terganggunya
alat-alat indera penglihat dan pendengar (mata dan telinga).
B.
Faktor Ekstern
Faktor ekstern siswa meliputi semua
situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar
siswa. Faktor ini dapat dibagi menjadi tiga macam.
a).
Lingkungan keluarga, contohnya: ketidakharmonisan hubungan antara ayah dengan
ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.
b).
Lingkungan perkampungan/masyarakat, contohnya: wilayah perkampungan kumuh (slum
area), dan teman sepermainan (peer group) yang nakal.
c.
Lingkungan sekolah, contohnya: kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk
seperti dekat pasar,
kondisi guru serta alat-alat belajar yang berkualitas
rendah.
C.
Faktor Khusus
Faktor khusus ini ialah sindrom
psikologis berupa learning disability (ketidakmampuan belajar). Sindrom
(syndrome) yang berarti satuan gejala yang muncul sebagai indikator
keabnormalan psikis yang menimbulkan kesulitan belajar itu.
a).
Disleksia (dyslexia), yakni ketidakmampuan belajar membaca.
b).
Disgrafia (dysgrafia), yakni ketidakmampuan belajar menulis.
c).
Diskalkulia (dyscalculia), yakni ketidakmampuan belajar matematika.
Akan tetapi, siswa yang mengalami
sindrom-sindrom di atas secara umum sebenarnya memiliki potensi IQ yang normal
bahkan di antaranya ada yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Oleh
karenanya, kesulitan belajar siswa yang menderita sindrom-sindrom tadi mungkin
hanya disebabkan oleh adanya minimal brain dysfunction, yaitu gangguan
ringan pada otak.
Komentar
Posting Komentar