Kita dengan Buku

Salah satu hal yang membawa perubahan besar pada dunia saat ini adalah perkembangan teknologi. Hampir semua aktivitas yang kita lakukan setiap hari tidak luput dari teknologi. Teknologi dalam arti segala hal yang dapat memudahkan kita dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.
Hal tersebut tentu membuat dunia terasa semakin kecil seakan-akan tak memiliki jarak. Limpahan informasi dari seluruh dunia pun dapat diakses dengan begitu mudahnya melalui internet, tanpa harus mengunjunginya secara langsung. Walaupun terkadang untuk hal-hal tertentu kita juga perlu memastikan kebenarannya, antara apa yang diberitakan dengan apa yang terjadi di lapangan.
Sebuah pepatah mengatakan bahwa “buku adalah jendela dunia.” Memang benar buku itu ibarat sebuah jendela dunia karena dengan membaca buku, wawasan kita akan bertambah dan menjadi lebih terbuka. Setiap halaman yang kita baca setiap hari diharapkan mampu memberikan pengetahuan yang  banyak kepada kita.
            Buku dan kegiatan membaca tidak bisa dilepaskan dengan perpustakaan. Perpustakaan secara singkat dapat dipahami sebagai tempat yang dipenuhi oleh berbagai macam buku. Salah satu fungsinya adalah memfasilitasi seseorang untuk membaca. Namun terkadang sebagian orang tidak apik dalam meminjam buku di perpustakaan. Sehingga buku-buku yang dipinjamnya itu terdapat beberapa coretan yang tidak perlu, sobek, dan tidak sedikit juga buku-buku yang dipinjamnya tidak kembali lagi alias hilang tanpa jejak.
            Karena seringnya seseorang datang ke perpustakaan, biasanya orang tersebut diberi predikat sebagai orang yang pintar. Meskipun pintar tidaknya seseorang tidak secara mutlak diukur dengan seringnya ia berkunjung ke perpustakaan. Oleh sebab itu betapa kita mengenal buku sebagai sebuah simbol ilmu sampai-sampai bisa disebut jendelanya dunia, maka tidak aneh ketika kita memandang hebat teman yang memiliki banyak koleksi buku di rumahnya.
            Jika kita lihat dunia perkuliahan hari ini. Dalam proses pembelajaran seorang mahasiswa terkadang diberi kebebasan oleh dosennya untuk memilih antara memiliki buku atau tidak memiliki. Yang terpenting adalah setiap mahasiswa diwajibkan untuk membaca, minimal buku yang berkaitan dengan mata kuliah yang ia ambil. Bukan hanya oleh dosen, mahasiswa juga diberikan kebebasan untuk memanfaatkan fasilitas perpustakaan oleh pihak kampus.
            Tidak sedikit kita temukan ada mahasiswa yang tidak mau berusaha, biasanya hanya pasrah dan mengikuti perkuliahan ala kadarnya dengan bermodalkan buku catatan atau mungkin tidak membawa sama sekali. Ia beranggapan bahwa ilmu tersebut bisa ia dapatkan melalui dunia maya. Browsing di internet baginya akan lebih asyik dibandingkan dengan membaca buku.
            Cara lain yang dapat dilakukan seorang mahasiswa adalah dengan mencari sebuah buku digital atau yang lebih dikenal dengan sebutan e-book dengan alasan go green atau paperless. Buku digital atau e-book merupakan jawaban dimana kita bisa punya buku tanpa memerlukan space/ruang yang banyak. Bisa dibaca melalui PC, laptop atau bisa juga menggunakan smartphone yang semakin canggih sampai hari ini.
            Meraka beranggapan untuk apa kita memiliki buku kuliah kalau nantinya tidak dibuka lagi. dengan E-book kan lebih praktis dan relatif hemat. Jadi, bagaimana hubunganmu dengan buku saat ini? Apakah posisi buku saat ini telah tergantikan oleh perkembangan teknologi (internet, e-book dll)?                                   
* * *
Oleh : Hilman Ramadhan F

Komentar