Kreatif Menulis itu Perlu Proses

“Sepudar-pudar tulisan masih lebih baik daripada pikiran yang baik, tetapi tak terlestarikan.” (Imam Al-Ghazali).

“Orang-orang kreatif tidak takut menyatakan pemikiran dan perasaanya. Mereka mau menjadi dirinya sendiri.” (Joyce Wycoff).

Bagiku kegiatan membaca dan menulis ialah pekerjaan yang sangat luar biasa. Bagaimana tidak, dengan membaca, kita bisa menambah pengetahuan, membuka wawasan, atau mencari inspirasi. Adapaun dengan menulis, itu merupakan salah satu cara untuk mengungkapkan gagasan terbaik kita, mengasah kreativitas, sekaligus untuk menginformasikan semua hal yang ingin disampaikan. Dalam pandangan Islam, aktivitas membaca dan menulis adalah pesan Al-Qur’an pertama dan utama sebagai aplikasi keimanan untuk merespon berbagai macam problem kemanusiaan yang muncul dalam kehidupan seseorang (Lihat QS. Al-Alaq 1-5).

Namun akhir-akhir ini kita menyaksikan sebuah fenomena di masyarakat yang menunjukkan ada kesan bahwa membaca tidak terlalu perlu lagi seperti layaknya dahulu. Sebab radio dan televisi telah mengambil alih banyak fungsi yang dahulu dilayani oleh tulisan (Adler dan Doren, 2011: 11). Padahal karya-karya tulis yang dihasilkan suatu bangsa menjadi salah satu indikator kemajuan peradabannya.

Mulia (dalam Manshur, 2012: 13) menegaskan bahwa, “Menulis adalah kerja kemanusiaan yang paling konkret dalam mengubah peradaban. Tingkat kemajuan peradaban sebuah bangsa atau negara dapat dilihat dari kualitas karya-karya tulis yang dihasilkannya.” Kemudian Kartanegara (2005: 24) menambahkan bahwa suatu bangsa tidak bisa dikatakan maju kalau tradisi menulisnya belum mengalami perkembangan.

Dengan demikian kita harus paham bahwa aktivitas menulis adalah sebuah proses yang memerlukan waktu panjang. Namun jika kita nikmati dan kita jalani, Insya Allah hal tersebut akan menjadi aktivitas yang sangat menyenangkan. Manshur (2012: 9) mengingatkan bahwa untuk melewati proses tersebut setidaknya kita mesti mempunyai tiga bekal utama yaitu, (1) ketekunan, (2) kesabaran, dan (3) kecerdasan.

Tekun dalam artian mempunyai kesanggupan untuk terus bekerja mengatasi segala kerumitan. Sebab tidak sedikit orang yang melakukan kegiatan menulis seringkali dihadapkan dengan berbagai macam kesulitan yang muncul, baik dari diri sendiri ataupun dari luar. Kemudian kesabaran yang dimaksud ialah sanggup untuk berproses dalam jangka waktu yang panjang. Karena untuk menjadi seorang penulis yang kreatif tidak semudah membalik tangan akan tetapi memerlukan perjuangan yang ekstra dalam melewati berbagai macam prosesnya. Tekun dan sabar saja tidak cukup. Kecerdasan pun diperlukan untuk mendukung ketekunan dan kesabaran tadi yaitu dengan cara siap menjadi pembelajar sepanjang hidup.

Ketiga hal tersebut bisa diketahui, bisa dipelajari dan bisa diwujudkan selama kita memiliki tekad yang kuat untuk berhasil. Jangan khawatir, ada banyak cara untuk menjadi pembelajar sepanjang hidup atau yang lebih khususnya lagi menjadi seorang penulis yang kreatif. Beberapa diantanya adalah dengan cara otodidak, rajin ikut pelatihan, diskusi, sharing, membaca buku –karena dengan membaca karya-karya orang lain merupakan cara yang paling efektif dan efisien untuk melunaskan rasa ingin tahu kita-, dan lain sebagainya.

Walau bagaimanapun pada akhirnya tradisi menulis tak mungkin bisa dicapai, tanpa didahului oleh tradisi membaca (Kartanegara, 2005: 286). Oleh karena itu, mari kita biasakan membaca kapan saja sempat. Manfaatkanlah waktu dengan sebaik-baiknya dengan kegiatan  yang memang bermutu, temasuk membaca karena membaca adalah cara yang paling efektif untuk menambah perbendaharaan pengetahuan kita. Sementara itu, kekayaan perbendaharaan pengetuan yang kita dapatkan dari aktivitas membaca merupakan syarat mutlak bagi terciptanya tradisi menulis. Tanpa isi pengetahuan, kita tidak tahu apa yang akan kita tuliskan. Semakin banyak pengetahuan yang kita miliki, semakin kita terdorong untuk terus menulis dengan baik dan kreatif.

Hantam saja! Teruslah berkarya!!!
* * *

Oleh : Hilman Ramadhan F

Daftar Pustaka

Adler, Mortimer dan Doren, Charles van. 2011. Meraih Kecerdasan: Bagaimana Seharusnya Anda Meraih Manfaan Hebat dari Bacaan?. Bandung: Nuansa.

DePorter, Bobbi. 2010. Quantum Reader: Membaca Lebih Efektif, Lebih Bermakna, dan Lebih Cerdas. Bandung: Kaifa.

DePorter, Bobbi. 2010. Quantum Writer: Menulis dengan Mudah, Fun, dan Hasil  Memuaskan. Bandung: Kaifa.

Kartanegara, Mulyadhi. 2005. Seni Mengukir Kata. Bandung: MLC.

Manshur, Faiz. 2012. Genius Menulis : Penerang Batin Para Penulis. Bandung: Nuansa.


Komentar